Saat ini Negara Indonesia sedang mengalami musim kemarau. Beberapa daerah di Indonesia telah merasakan dampak kekeringan dari musim kemarau ini. Sumber mata air baik dari pegunungan, sungai dan sumur mulai sedikit bahkan mengering. Padahal menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kemarau tahun ini masih dalam taraf normal (Wiranto, 2012). Meskipun begitu musim kemarau tahun ini telah memaksa masyarakat menggunakan air yang kualitasnya jauh di bawah standar untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal tersebut dikarenakan sumur atau sumber air yang berada di daerahnya mengalami kekeringan. Kekeringan juga melanda petani padi yang membuat tanaman padi mengalami puso. BMKG memperkirakan musim penghujan di Indonesia akan mengalami keterlambatan yang disebabkan oleh Badai El Nino yang berkekuatan lemah (Maulana, 2012). Lebih lanjut BMKG menjelaskan bahwa wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah tropis, diantara Benua Asia dan Australia, diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis katulistiwa, dan terdiri dari pulau yang membujur dari barat ke timur, serta terdapat banyak selat dan teluk yang menyebabkan wilayah Indonesia rentan terhadap perubahan iklim atau cuaca. BMKG memperkirakan musim hujan tahun 2012 secara umum akan dimulai pada bulan Oktober dan November.
Bagaimana jika setiap tahun kita harus dihadapkan dengan masalah musim kemarau sehingga lagi-lagi kita mengalami kekeringan? Lalu sampai kapan kita akan bergantung dengan mencari sumber air yang baru jika sumber air yang lama telah mengering? Sementara jumlah penduduk dari tahun ke tahun terus bertambah dan lahan semakin sempit dengan maraknya pembangunan yang menyebabkan sedikitnya lahan terbuka yang mampu menyerap air jika hujan turun.
Profesor Stanley Grant seorang Pakar Teknik Lingkungan di Universitas California dalam laporan yang ditulis oleh Joe de Capua dalam situs Voice Of America (VOA) edisi 13 Agustus 2012 mengatakan bahwa populasi dunia berkembang pesat dan diperkirakan akan mencapai 9 miliar menjelang tahun 2050. Beliau mengatakan miliaran orang tidak memiliki persediaan air yang cukup dan jumlahnya semakin bertambah jika tidak dilakukan tindakan segera. Sementara itu jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 berjumlah 237,641,326 jiwa, meningkat sebanyak 15.21 % dari tahun 2000 yang sebelumnya berjumlah 206,264,595 jiwa (BPS, 2012). Apabila dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah penduduk maka bagaimana dengan kebutuhan air untuk beberapa tahun mendatang jika kita kembali dihadapkan oleh permasalahan kemarau lagi? Sudah saatnya kita beralih untuk memanfaatkan air yang sudah ada bukan mencari sumber air yang baru. Air yang ada dibeberapa daerah yang mengalami kekeringan saat musim kemarau ini adalah air limbah, air yang keruh disisa-sisa waduk dan sebagainya selain air yang bersumber langsung dari mata air apabila masih ada. Jika kita mampu mengolah air agar dapat ditingkatkan kualitasnya maka kelangkaan air seperti saat ini dapat kita minimalikan. Hal ini harus segera kita lakukan terutama di daerah-daerah yang masih memiliki kualitas air limbah lebih baik daripada kota besar seperti Jakarta yang air limbahnya sudah sangat berbau, berwarna hitam dan sangat tidak layak untuk dikonsumsi.
Profesor Stanley Grant kembali menjelaskan dalam laporan VOA yang ditulis oleh Joe de Capua edisi 13 Agustus 2012 bahwa persediaan air segar yang terbatas membuat daur ulang air limbah dan kotoran menjadi hal yang penting. Air yang telah mengalami pendaurulangan dapat digunakan untuk aktivitas-aktivitas yang tidak begitu memerlukan air berkualitas tinggi, seperti irigasi taman. Lebih lanjut Beliau mengatakan bahwa negara yang telah melakukan proses daur ulang limbah air contohnya adalah Israel yang menggunakan air limbah yang telah didaurulang untuk pertanian, sementara itu di Singapura pengolahan air limbah dilakukan untuk menyediakan air bagi industri. Di Amerika Serikat sendiri telah memiliki fasilitas reklamasi limbah air di mana pengolahan limbah air telah menggunakan teknik yang sangat lanjut yang hasilnya akan dialirkan ke kolam air tanah yang kemudian diektraksi dan dikembalikan ke persediaan air keran.
Senada dengan apa yang disampaikan oleh Profesor Stanley Grant, Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah merencanakan daur ulang limbah air sebagai alternatif pemanfaatan air. Contohnya sejak tahun 2008, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat telah menetapkan tiga kantor dinas pemerintahan yaitu Dinas Tata Ruang dan Permukiman, Dinas Pendidikan, dan Dinas Pendapatan Daerah untuk menjadi proyek percontohan daur ulang limbah air domestik karena konsumsi air di ketiga dinas itu terbilang tinggi. Program ini diharapkan mampu memanfaatkan 60% dari 80% limbah air bekas pakai. Jika program ini berhasil, diharapkan percontohan ini dapat menjadi gerakan yang lebih masif. Selain kantor-kantor dinas, hotel, industri, dan rumah tangga, mereka juga menargetkan akan mendaur ulang limbah air di lingkungan domestiknya. Tak hanya itu, dibidang akademis juga telah melakukan hal yang sama, ITB yang diwakili oleh Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman ITB melalui Unit Riset Lembaga Pemberdayaan Umat (Salman Institute for Community Development) dengan dukungan Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia melalui program SIPTekMan (Sistem Insentif Teknologi dan Manajemen) tahun anggaran 2003 telah melakukan serangkaian riset untuk mendapatkan teknologi alternatif yang murah untuk mendaur ulang air bekas wudu sehingga layak untuk digunakan kembali (Kementerian PU, 2012).
Saat ini pemerintah sedang berupaya mengatasi kekeringan yang melanda beberapa daerah di Indonesia. Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, HR. Agung Laksono mengatakan bahwa sejumlah kebijakan sudah dirancang dan siap dijalankan seperti menggunakan dana kontijensi pangan dalam APBN 2012 untuk mengatasi kekeringan sebesar Rp 3 triliun dan masih ada akumulasi dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 1 triliun. Upaya pemerintah yang hendak dijalankan salah satunya adalah program pompanisasi untuk menyalurkan air yang terdapat sumber air untuk dialirkan ke daerah yang kering. Adapun pompa yang akan dibagikan itu digunakan oleh pemerintah daerah setempat. Pompa tidak dibagikan langsung ke petani. Sementara upaya yang harus dilakukan adalah distribusi air melalui tangki air, penyediaan pompa air, pembuatan sumur pantek atau sumur bor, hujan buatan, pembangunan embung atau reservoir, dan pengaturan pemberian air untuk pertanian dengan sistem gilir giring.
Teknologi yang mampu mengolah limbah air menjadi air yang lebih berkualitas kini sudah ada dan Indonesia sendiri sebenarnya telah mampu dalam melakukan proses daur ulang limbah air untuk dapat digunakan kembali. Ada baiknya jika proyek daur ulang limbah air terus dilakukan secara berkesinambungan dan dilakukan merata dibeberapa daerah terutama daerah yang menjadi langganan kekeringan dimusim kemarau. Jangan sampai kita terlambat dalam mengatasi masalah air sementara negara-negara lain sudah terlebih dahulu melakukan tindakan preventif dalam mengatasi masalah ini karena air adalah masalah vital bagi seluruh umat manusia. Selain itu diperlukan pula peran serta dari masyarakat dalam menjaga kelestarian air tanah dengan melakukan penanaman dan tidak terus menerus mengkonversi tanah menjadi bangunan agar tanah mampu menyerap air, serta menggunakan air secara efisien dan efektif supaya kita dapat menghemat dan menjamin keberadaan air demi keberlangsungan generasi berikutnya.